Home » , » Kenaikan BBM Bukan Berarti Hemat APBN

Kenaikan BBM Bukan Berarti Hemat APBN

Written By Topi Jerami on Sabtu, 29 Juni 2013 | 10.31

Koran Berita Terbaru - Akhir-akhir ini Indonesia lagi di gemparkan dengan kenaikan harga BBM yang begita tajam. Kenaikan ini dilakukan karna selama ini harga BBM yang murah di anggap tidak di nikmati oleh masnyarakat yang kurang mampu melainkan dinikmati oleh kalangan yang berdasi. Untuk itu kenikan harga BBM kali ini bukan merupakan hal yang salah. Sebagai masnyarakat yang baik kita patut mendukung pemerintah dalam kenaikan harga BBM.


Jakarta -  Pengamat ekonomi Ninasapti Triaswati mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak serta merta menghemat APBN karena belum tentu akan mengurangi konsumsi solar dan premium bersubsidi. 

"Menurunkan konsumsi BBM tidak akan mudah. Apalagi dengan jumlah kendaraan saat ini, Indonesia tidak akan bisa menghemat BBM dari sisi volume," kata Ninasapti Triaswati dihubungi di Jakarta, Jumat. 
Nina mengatakan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia ikut mendorong meningkatnya jumlah kendaraan dan otomatis menambah konsumsi BBM. Hal itu terbukti dengan meningkatnya volume konsumsi BBM bersubsidi setiap tahun. 

Saat ini, kata Nina, jumlah mobil di Indonesia sudah mencapai 11 juta dan jumlah motor mencapai 90 juta. Semua kendaraan itu memerlukan bahan bakar, sehingga volume BBM tidak akan menurun. 
"Pola subsidi BBM selama ini sudah salah. Seharusnya yang disubsidi adalah orang, bukan kendaraan. Kalau punya mobil, punya motor, bisa dipastikan mereka tidak termasuk 40 persen masyarakat termiskin yang layak mendapatkan subsidi," tuturnya. 

Untuk menekan volume konsumsi BBM, Nina mengatakan kuncinya adalah melakukan diversifikasi energi. Dia mengatakan sepanjang Indonesia belum mampu melakukan diversifikasi energi, ketergantungan terhadap BBM masih akan tinggi dan impor minyak juga akan tinggi. 
"Karena itu, neraca perdagangan kita masih akan dibebani impor BBM sehingga devisa kita masih akan tertekan kecuali neraca ekspor nonmigas bisa dipicu sehingga meningkat pesat. Apalagi, neraca perdagangan jasa kita juga masih defisit," katanya. 

Nina mengatakan apabila neraca perdagangan masih terbebani dan Indonesia masih kekurangan devisa, Bank Indonesia akan kesulitan menjaga nilai tukar rupiah. Karena itu, selama Indonesia masih tergantung pada BBM impor, nilai tukar rupiah secara tak langsung pasti akan terkena imbas.(rr)

Sumber: http://id.berita.yahoo.com

0 komentar:

Posting Komentar